Medankinian.com, Humbahas – Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono dan Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto melakukan peninjauan kawasan Food Estate, di Desa Ria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Sumatera Utara (Sumut),Kamis (18//2/2021).
Dalam kunjungan tersebut, Sekjen Kementan dan Dirjen Hortikultura menyambangi lahan bawang merah, bawang putih dan kentang yang akan panen pada awal Maret 2021 mendatang.
Mereka ingin memastikan, hasil tanaman di lahan Food Estate sesuai dengan tujuan awal yakni mensejahterakan masyarakat dan petani di Humbahas.
Selain itu, untuk menyerap aspirasi dan mengawal pembangunan Food Estate Humbahas berjalan dengan baik serta untuk memotivasi para petani dalam upayanya memberikan hasil budi daya yang berlimpah dan berkualitas.
Dalam kesempatan itu, para petani penanam bawang dan kentang di lahan Food Estate menyatakan mereka optimis hasil panen memuaskan. Apalagi mereka didampingi Petugas penyuluh yang memberikan saran agar tanaman tumbuh dengan baik.
Hal itu sekaligus membantah komentar miring yang sempat muncul terkait tanaman di lahan Food Estate. Dimana disebutkan, umbi bawang kecil, tanaman tidak subur hasil tanaman tidak sesuai harapan dan sebagainya.
Menurut Jhon Les Lumban Gaul petani dari Kelompok Tani Ganda Mersada apabila ada hasil tanam yang belum maksimal bukanlah sebuah kegagalan. Dirinya menilai adanya perbedaan pertumbuhan adalah hal yang wajar.
“Jika tumbuh dengan baik, berarti terawat dengan bagus. Jika belum bagus berarti perawatannya perlu ditingkatkan lagi. Pada dasarnya bibit yang kami terima memang bagus. Jadi ya bagaimana perawatannya. Wajar juga karena kami di sini baru pertama kali tanam, pun arealnya sangat luas. Masih perlu belajar,” ucap Jhon.
Mengomentari soal kabar miring yang beredar, Jhon mengatakan bahwa hasil yang diterima bukan daun melainkan umbi yang hendak dipanen.
“Perlu diperhatikan juga, kami ini memanen umbinya. Bukan daunnya. Jadi jangan fokus dengan daun bawang yang harus besar atau kecil ukurannya. Berukuran kecil pun tetap ada umbinya. Kami ini fokus dengan pertumbuhan umbinya. Panen sebesar apapun, hasilnya jelas ada,” jelas Jhon.
“Sah-sah saja orang bilang ini gagal total. Namun saya yang menanam di sini tidak mau dibilang gagal. Beberapa lahan memang ada yang tidak tumbuh maksimal. Meski demikian, coba lihat sendiri tanaman yang saya miliki ini. Pertumbuhannya bagus, saya dan istri saya merawat setiap harinya. Lahan saya belum panen makanya kalau dibilang gagal itu salah,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Poktan Ganda Marsada Selamat Gultom mengungkapkan, bawang merah dengan umbi yang kecil sangat tepat dibudidayakan di daerah itu. Karena warga Humbahas dan daerah-daerah sekitarnya jauh lebih berminat dengan bawang merah dengan umbi yang kecil ketimbang yang besar.
“Pada masyarakat kita di sini bawang merah dengan umbi yang kecil, lebih laku dijual karena pandangan masyarakat bahwa itu bawang lokal,” ujarnya.
Dari sisi harga, bawang merah dengan umbi yang kecil juga lebih mahal dibandingkan dengan yang berumbi besar.”Harga bawang merah besar siap konsumsi memiliki nilai jual Rp16 ribu per kg dan berukuran kecil Rp20 ribu. Kami optimis dan semangat hasil panen nanti memuaskan,” paparnya.
Setelah melakukan peninjauan, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengatakan, dari hasil kunjungan lapangnya ke kawasan itu dipastikan pengembangan kawasan Food Estate Humbahas tidak mengalami hambatan yang berarti.
Apabila ada yang belum sempurna, bukan karena adanya kesalahan dari bibit. Tetapi disebabkan faktor lahan yang digunakan selama ini merupakan semak belukar.
“Karena lahan baru maka hanya perlu sedikit waktu dan upaya untuk semakin menyuburkannya,” ujar Prihasto Setyanto.
Tetapi setelah dijadikan lahan pertanian dalam waktu empat bulan saja, ia menilai hasilnya sudah luar biasa. “Sederhananya, paling tidak untuk menghilangkan racun-racun dalam tanahnya dulu perlu waktu. Nanti musim tanam kedua, musim tanam ketiga, insya Allah kalau petaninya rajin dan bersemangat, hasilnya akan lebih bagus lagi,” tuturnya.
Ia menyatakan, pihak Ditjen Hortikultura juga melakukan kaji secara komprehensif bersama dengan kalangan pakar pertanian dan tanah, khususnya dari Universitas Sumatera Utara (USU).
Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian USU Prof. Dr Ir. Abdul Rauf, MP menambahkan, mengubah semak belukar menjadi areal pertanian adalah buah keyakinan dan ketelatenan. Karena dibutuhkan banyak pekerjaan untuk menjadikannya lahan produktif.
“Mulai dari perawatan tanah. Tanah di sini rata-rata bersifat masam maka perlu dinetralkan terlebih dahulu. Perlu dinetralkan terlebih dahulu. Misalnya dengan dolomit dan kemudian ditambah dengan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan sayuran seperti bawang merah, bawang putih dan kentang,”jelasnya.
Terlebih lagi, kawasan Food Estate merupakan semak belukar yang terdiri dari tanaman pakis yang memiliki zat alelopati dengan sifat dasar membunuh tanaman lain di luar ekosistemnya.
Areal hortikultura kawasan Food Estate Humbahas terdiri lahan bawang merah, bawang putih dan kentang dengan luasan total 215 hektare. Penanaman bawang merah seluas 100 hektare dilakukan oleh Kelompok Tani Ganda Marsada, Kelompok Tani Sahati dan Kelompok Tani Ria Kerja.
Sementara bawang putih dengan luasan 50 hektare diberikan kepada Kelompok Tani Bersinar dan Kelompok Tani Maju.Sedangkan komoditas kentang seluas 50 hektare dititipkan kepada Kelompok Tani Karejo dan sisa 15 hektare dikelola oleh Badang Litbang Pertanian.
Ditjen Hortikultura pun sudah menyiapkan beberapa terobosan untuk mendorong kualitas lahan pertanian seluas 215 hektare tersebut. Di antaranya adalah penerapan teknologi dan penyediaan benih unggul serta pupuk yang lebih baik lagi.
(MK/rel)