Medankinian.com, Medan – Data rilis pertumbuhan ekonomi AS secara kuartalan di kuartal pertama 2024 menunjukan kinerja perlambatan. Ekonomi AS hanya tumbuh 1.6%, yang bisa diterjemahkan bahwa inflasi di AS masih berpeluang untuk naik. Karena mendorong laju pertumbuhan selalu kerap diiringi dengan kenaikan laju tekanan inflasi. Data tersebut memberikan sinyal bahwa kemungkinan penurunan bunga acuan kian jauh dari harapan pasar.
Bursa di AS melemah meksipun sebagian besar bursa di Asia diperdagangkan di zona hijau. IHSG sendiri ditransaksikan di zona merah pada pembukaan perdagangan. IHSG dibuka melemah di level 7.140, dimana tekanan pada IHSG sendiri masih berlangsung sejauh ini. IHSG kembali bergerak anomali dibandingkan dengan banyak kinerja bursa di Asia lainnya.
Disisi lain, mata uang Rupiah juga tidak dintungkan dengan rilis data PDB AS tersebut. Data tersebut telah mendorong kenaikan Imbal hasil US Treasury 10 Tahun diatas 4.7%. Mata uang rupiah juga kembali melemah dikisaran level 16.205 pada sesi perdagangan pagi ini. Rupiah tertekan oleh kinerja mata uang US Dolar yang diuntungkan dari memburuknya data pertumbuhan ekonomi AS.
Dan di akhir pekan ini, AS akan kembali mempublikasikan laju tekanan ifnlasi sebagai penentuan bagaimana kinerja pasar keuangan selanjutnya. Seiring dengan tekanan yang terjadi di pasr keuangan tanah air pada hari ini. Harga emas dunia ditransaksikan relatif menguat dikisaran $2.335 per ons troynya.
Demikian menurut analisis Pengamat Ekonomi Kota Medan Benjamin Gunawan. (sdf/mk)