Menu

Mode Gelap

Ekonomi Bisnis · 2 Des 2024 19:51 WIB

Sumut Inflasi Di Bulan November, Nasib Petani Hortikultura Dan Sawit Jomplang


					Sumut Inflasi Di Bulan November, Nasib Petani Hortikultura Dan Sawit Jomplang Perbesar

Medankinian.com, Medan– Pada bulan November Sumut merealisasikan laju tekanan inflasi sebesar 0.54%. Dimana 5 komoditas penyumbang inflasi terbesar di topang oleh harga tomat, bawang merah, minyak goreng, udang bawah, bawang putih dan rokok. Sementara cabai merah dan cabai rawit beserta daging ayam ras menyumbang deflasi pada bulan November.

Namun realisasi inflasi tersebut nyatanya tidak membuat petani hortikultura menikmatinya.

Berdasarkan nilai tukar petani (NTP) yang dirilis oleh BPS, kesejahteraan petani hortikultura justru mengalami penurunan di bulan november. NTP petani hortikultura justru terpuruk ke level 84.34 atau turun 1.43% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (oktober).

Kondisi berbeda justru diperlihatkan dari petani perkebunan rakyat yang NTP nya justru meroket 5.42% secara bulanan di level 206.53 di November.

Membaiknya NTP sektor tanaman perkebunan rakyat yang didominasi sawit, dipicu oleh meroketnya harga minyak mentah sawit atau CPO. Dimana pada bulan November harga CPO memang dalam tren naik.

Dimulai dari sekitar 4.870 ringgit per ton di akhir bulan oktober, sempat menyentuh 5.190-an ringgit per ton, dan berbalik turun dikisaran 5.000 ringgit per ton di akhir bulan.

Dan kenaikan NTP sektor tanaman perkebunan rakyat tersebut yang menopang rata-rata kenaikan NTP gabungan di Sumut. Dimana pada bulan November NTP petani Sumut naik 3.1% di level 145.77.

Jadi kenaikan NTP Sumut lagi-lagi tidak mewakili semua nasib petani yang ada di Sumut. Bahkan perbedaan nasib yang jauh berbeda jika membandingkan NTP Horti dengan perkebunan.

Selain petani hortikultura yang NTP nya anjlok, NTP tanaman pangan, peternakan dan perikanan juga mengalami penurunan. Bahkan banjir yang sempat melanda wilayah Sumut, yang sempat mendongkrak kenaikan sejumlah komoditas pangan nyatanya tidak memberikan keuntungan bagi petani kita.

Harga memang sempat naik dua kali lipat lebih di pekan kemarin. Namun hujan deras, banjir dan tanah longsor justru tidak membuat petani berani turun ke ladang. Dan kenaikan harga lebih dipicu oleh meningkatnya biaya distribusi, tingginya penyusutan, tekanan margin atau keuntungan ditengah sepinya pembeli.

Demikian analisis pengamat ekonomi Benjamin Gunawan.

(MK/sdf)

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

CLAV Digital Ekspansi Bandung: Membangun Koneksi Digital di Kota Kembang dengan Bandungkini.com

14 Januari 2025 - 11:27 WIB

Kebakaran Di AS, Tidak Berikan Dampak Buruk Bagi Ekonomi Di Tanah Air

14 Januari 2025 - 10:05 WIB

Harga Minyak Stabil, Efek Dolar yang Mengimbangi Kekhawatiran Pasokan AS

13 Januari 2025 - 13:32 WIB

Evista Dukung Patrick Kluivert Latih Timnas Indonesia

13 Januari 2025 - 12:17 WIB

Banyak Agenda Penting Sepekan Kedepan, IHSG Dan Rupiah Dibuka Melemah

13 Januari 2025 - 11:56 WIB

Pentingnya Service Trafo untuk Kinerja Optimal

13 Januari 2025 - 11:53 WIB

Trending di Ekonomi Bisnis