Medankinian.com, Medan – Harga CPO yang sempat mencapai titik terendah selama bulan November di level 4.628 ringgit per ton, belakangan kembali berbalik dan ditransaksikan di kisaran level 5.023 ringgit per tonnya.
Harga CPO menguat seiring dengan memburuknya kondisi cuaca di wilayah produsen CPO seperti Malaysia dan Indonesia. Curah hujan yang tinggi memicu kekuatiran akan turunnya produksi CPO, sehingga memicu kenaikan harga CPO itu sendiri.
Jika membandingkan harga CPO dengan komoditas pesaingnya seperti kacang kedelai, harga CPO justru bergerak berbeda dengan harga kacang kedelai. Padahal harga CPO sebelumnya kerap disandingkan dengan kinerja harga komoditas lainnya seperti kedelai, bunga matahari hingga harga komoditas lainnya seperti harga minyak mentah dunia.
Harga CPO bergerak dengan fundamentalnya sendiri, dan tidak begitu terpengaruh dengan fluktuasi harga komoditas lain. Sehingga faktor cuaca yang memburuk dan melanda wilayah produsen seperti Malaysia dan Indonesia lebih dominan membentuk harga CPO. Menjelang tutup akhir tahun 2024, harga CPO masih akan sangat dipengaruhi oleh sisi supply atau persediaan.
Sejauh ini, curah hujan yang masih sangat tinggi akan memicu kekuatiran penurunan produksi CPO. Sementara dari sisi permintaan atau demand, justru berpeluang naik jelang tahun baru atau hingga ramadhan mendatang. Disisi lain, pelaku pasar juga masih menanti kebijakan dagang AS ke China pada januari mendatang.
Kebijakan AS kedepan, khususnya setelah januari akan sabngat menentukan pergerakan harga komoditas nantinya.
Yang paling dikuatirkan adalah jika perang dagang kembali dimulai AS, yang nantinya secara tidak langsung bisa menekan konsumsi CPO China sebegai konsumen CPO terbesar sejauh ini. Jika itu terjadi maka harga CPO berpeluang untuk kembali mengalami tekanan lanjutan.
Demikian menurut analisis pengamat ekonomi Benjamin Gunawan.
(MK/sdf)