Medankinian.com, Medan – AS telah merilis data laju inflasi yang mengalami kenaikan melebihi ekspektasi sebelumnya. Laju tekanan inflasi inti AS pada bulan Desember 2023 memang lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 4%. Akan tetapi rilis data inflasi inti AS sebesar 3.9% masih lebih tinggi dari ekspektasi 3.8%. Sementara inflasi secara keseluruhan justru naik menjadi 3.4%, lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya dan melebihi ekspektasi.
Laju inflasi inti yangmemgalami penurunan menjadi kabar baik bagi asar keuangan di AS. Indeks bursa dow jones terpantau hanya naik tipis 0.04% pada sesi penutupan perdagangan. Namun kinerja Dow Jones tidak lantas bisa diterjemahkan bahwa pasar saham di Asia akan bergerak seirama. Karena pasar di Asia akan disuguhkan data inflasi China di pagi ini yang kembali mengalami deflasi 0.3%.
Sejumlah bursa di Asia pada perdagangan pagi ini ditransaksikan di zona merah. IHSG juga masih mampu tipis di sesi pembukaan perdagangan. IHSG ditransaksikan naik dikisaran level 7.235. Seiring dengan rilis data inflasi China pada bulan desember yang kembali membukukan deflasi secara tahunan. Indikasi perlambatan ekonomi China terlihat dan sangat berpeluang untuk menekan pasar keuangan di Asia.
Sementara itu, kinerja mata uang rupiah kembali mengalami tekanan pada perdagangan pagi hari ini di level 15.550 per US Dolar. Imbal hasil US Treasury 10 tahun pada dasarnya dalam tekanan, sekalipun inflasi AS mencatatkan kenaikan yang lebih tinggi. Ekspektasi penurunan suku bunga acuan The FED pada dasarnya memudar, yang sangat berpeluang menjadi pemicu melemahnya mata uang Rupiah.
Seiring dengan rilis data inflasi AS, harga emas justru mengalami kenaikan. Harga emas ditransaksikan naik dikisaran level $2.034 per ons troy. Emas masih diuntungkan dari penurunan inflasi inti AS, sekalipun inflasi secara kesleuruhan menjadi kabar buruk. Namun saya melihat potensi tekanan pada pasar keuangan di hari ini sangat terlihat, sekalipun emass berpeluang untuk bergerak berlainan arah.
Demikian menurut analisis Pengamat Ekonomi Kota Medan Benjamin Gunawan. (sdf/mk)