Medankinian.com, Medan – Sumber inflasi di Sumatera Utara terutama berasal dari kelompok transportasi dengan andil inflasi sebesar 1,20% (mtm). Pada Kelompok transportasi, komoditas bensin, angkutan dalam kota, solar, dan angkutan antar kota menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,97% (mtm), 0,19% (mtm), 0,03% (mtm), dan 0,03% (mtm).
Hal ini dikatakan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Doddy Zulverdi, pada Bincang Bincang Media, Selasa (25/10/2022).
“Pada periode September 2022, komoditas bensin, angkutan dalam kota, beras, solar, dan angkutan antar kota menjadi penyumbang inflasi terbesar Sumut,” katanya
Kondisi itu sejalan dengan adanya kebijakan penyesuaian harga BBM Pertalite, Solar, dan Pertamax yang dilakukan oleh Pemerintah per tanggal 3 September 2022 dengan kenaikan masing-masing sebesar 30,72% (Pertalite), 32,04% (Solar), dan 16,00% (Pertamax non subsidi).
“Kenaikan harga bensin dan solar selanjutnya juga tertransmisikan terhadap kenaikan biaya operasional kendaraan sehingga tarif angkutan antar kota maupun angkutan dalam kota turut meningkat signifikan,” ujarnya.
Sementara itu, peningkatan harga beras disebabkan oleh kenaikan harga gabah di tengah panen yang tidak optimal dan meningkatnya biaya angkut komoditas pangan akibat penyesuaian harga BBM.
“Sedangkan faktor pendorong inflasi Sumut pada Oktober 2022 yakni prakiraan tingginya curah hujan dan sifat hujan, berlanjutnya dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap biaya hidup dan biaya angkut, serta tren tingginya harga gabah baik di tingkat petani maupun penggilingan,” katanya
Dengan terus berlanjutnya di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumut pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3%±1%.
“Namun demikian, berbagai upaya pengendalian akan terus dilakukan guna menahan kenaikan inflasi lebih lanjut,” katanya. (sdf/mk)