Medankinian.com, Asahan– Siapa sangka, di balik batu dan rerimbunan Daerah Aliran Sungai Asahan yang asri merupakan sebuah ekosistem yang ideal bagi ikan yang menjadi primadona masyarakat Sumatera Utara, khususnya masyarakat Batak. Ikan tersebut adalah ikan Jurung. Kini, ikan kebanggaan Sumatera Utara dan Indonesia tersebut tidak lagi hanya berenang di sepanjang Sungai Asahan, karena PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) telah membawa mereka untuk berenang di pasar ikan internasional
Ikan Jurung atau yang memiliki nama latin Neolissochilus sumatranus (Cyprinidae) merupakan salah satu ikan endemik di Sumatera Utara dengan salah satu habitat di Sungai Asahan. Dengan ukuran yang cukup besar dan rasa yang cukup enak, tak heran jika Ikan Jurung menjadi salah satu ikan yang menjadi menu kuliner masyarakat suku Batak di Sumatera Utara ketika melakukan upacara-upacara adat. Tak heran ikan ini memiliki harga yang bisa dikatakan cukup tinggi di pasaran dengan harga satu kilogram mencapai 1 juta rupiah (dalam keadaan hidup) dan 350 ribu rupiah dalam keadaan mati.
Status ikan yang dihormati dalam adat, permintaan yang tinggi, rasa yang enak, dan harga yang selangit membuat Sutrisno, warga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan untuk membuat budi daya Ikan Jurung di belakang rumahnya yang berada di tepi Sungai Asahan. Sutrisno membangun sejumlah kolam yang diisi banyak ikan. Termasuk Ikan Jurung sang primadona. Sutrisno bisa dikata pioner pembudidaya Ikan Jurung di kampungnya yang sudah ia mulai sejak 5 tahun lalu.
“Dulu beli per ekor bibitnya Rp10 ribu. Beli sebanyak 200 ekor, Alhamdulillah panen empat tahun. Bagus hasilnya. Sekarang kami cari sendiri. Dulu itu betul-betul tradisional kita. Pakannya pun apa yang mampu kami berikan seperti biji sawit. Sekarang sudah kami coba pakan pelet. Mungkin bisa lebih cepat panen,” ujar Sutrisno.
Menurut Sutrisno, Ikan Jurung yang punya nilai jual maksimal harus memiliki ukuran berat diatas satu kilogram. Untuk mencapai ukuran berat 1 Kg, bukan perkara mudah karena harus melihat aspek makanan, kolam, dan suhu air. Bagi para pembudidaya Jurung seperti Sutrisno, untuk membuat Jurung bisa dijual dengan harga maksimal (ukuran 1 kilogram), dibutuhkan waktu selama tiga tahun. Budidaya Ikan Jurung milik Sutrisno semakin mengepakan sayap ketika mulai banyak permintaan dari Singapura dan Malaysia
“Pengusaha dari Singapura, Malaysia sudah utus wakilnya ketemu saya minta dipasok Jurung. Berapapun mereka siap beli, tapi memang inilah masalahnya. Masa panen lama, infrastruktur kita terbatas. Setiap ada permintaan kita tidak ready karena tak ada ikannya. Untuk pasar lokal saja banyak permintaan, apalagi kalau ada acara adat Batak,” papar Sutrisno yang punya tiga orang anak.
Semangat dan ketekunan Sutrisno dalam melakukan budidaya Ikan Jurung membuat PT INALUM (Persero) melakukan berbagai dukungan mendasar untuk memastikan bahwa budidaya ikan bernilai tinggi ini bisa memberikan kesejahteraan dan kebaikan untuk masyarakat. Perusahaan membangun bangunan yang berisi berbagai alat pemijahan di atas lahan milik Sutrisno. Harapannya, para pekerja dari kelompok usaha Sutrisno bisa lebih mahir dalam memijah Ikan Jurung dan mereka maka akan lebih mudah bagi mereka mendapatkan bibit yang berkualitas. PT INALUM (Persero) juga mengirim kelompok usaha Sutrisno selama sepekan untuk melakukan pembelajaran dan training budidaya hingga ke Sidimpuan yang telah lama memiliki budidaya Ikan Jurung.
“Sudah sekolah lah kami ini. Sekarang sudah diterapkan. Gedung pemijahan yang dibantu Inalum juga sudah kami gunakan. Ke depan kami memang masih butuh bantuan infrastruktur kolam. Karena kolam Jurung harus dibuat mirip habitat aslinya,” lanjut Sutrisno.
Optimisme tentu saja telah ada di benak mereka para pembudidaya Jurung di Kabupaten Asahan. Semangat itulah yang dilihat oleh PT INALUM (Persero), dan perusahaan akan terus mendorong para pelaku budidaya Ikan Jurung seperti Sutrisno untuk bisa membawa Ikan Jurung yang kebanggaan Sumatera Utara dan Indonesia untuk berenang di pasar internasional.
(Mk/sdf)