Medankinian.com, Medan- Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak terhadap pasar keuangan, perdagangan dan juga investasi.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia telah mempersiapkan diri melalui serangkaian langkah signifikan dan fundamental untuk menghadapi volatilitas di pasar keuangan, baik untuk mengelola sentimen pasar maupun dalam mengantisipasi respons kebijakan yang ditempuh oleh negara maju (advance country).
“Sejumlah inisiatif bilateral ditempuh untuk mengimplementasikan diversifikasi mata uang antara lain melalui penggunaan Local Currency Settlement (LCS) untuk mendukung stabilitas perekonomian,” katanya digelaran G20 pada sesi Leader’s Insight bertajuk “Strategic Policy Framework to Enhance The Usage of Local Currency Settlement in Trade and Investment in Asia” (16/2/2022).
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menekankan pentingnya diversifikasi penggunaan mata uang untuk memfasilitasi investasi dan perdagangan global bagi negara berkembang guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kerentanan, termasuk potensi dampak sistemik dari guncangan global.
“LCS sebagai salah satu implementasi diversifikasi mata uang dapat mengendalikan volatilitas nilai tukar dan mendukung ekonomi. Pada tahun 2022, transaksi LCS ditargetkan meningkat, setelah tumbuh signifikan di tahun 2021, serta direncanakan akan merambah negara lainnya,” katanya.
Sejalan dengan visi dan agenda Presidensi G20 2022, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan kolaborasi dengan negara berkembang dan negara maju guna berkontribusi bagi stabilitas sistem keuangan nasional, regional maupun global.
Senada dengan hal tersebut, Gubernur People’s Bank of China (PBC), Yi Gang, turut menyampaikan dukungan PBC pada skema diversifikasi mata uang.
“Kami meyakini skema kerja sama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal (LCS) dapat meningkatkan perdagangan dan investasi,” ujarnya.
Dukungan tersebut dinyatakan melalui implementasi LCS antara Tiongkok dengan Indonesia yang dipercaya memperkuat ekonomi kedua negara sekaligus mendukung percepatan pemulihan ekonomi di kawasan Asia.
Chief Representative of The Bank for International Settlements (BIS) for Asia and The Pacific, Siddharth Tiwari, menambahkan perlunya mendorong daya tarik pasar mata uang lokal melalui pengembangan pasar keuangan dengan penggunaan mata lokal diantaranya pasar surat utang negara, pasar repo, dan pasar derivatif untuk lindung nilai atas risiko nilai tukar.
“Kami juga mendorong bank sentral untuk menggandeng para investor untuk meningkatkan investasinya pada surat utang korporasi dalam mata uang lokal, seperti BIS Asian Bond Fund,” ujarnya.
(Mk/sdf)