Medankinian.com, Medan – Deflasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir secara berturut-turut bisa memicu melemahnya kinerja sektor pertanian di tahun 2025. Petani yang dirugikan dengan penurunan harga berpeluang mengurangi luas areal tanamannya karena tekanan keuangan. Kemampuan finansial petani yang melemah bisa membuat petani mengurangi produktifitasnya seperti mengurangi luas areal tanaman.
Jika pemerintah melakukan intervensi dengan menambah subsidi atau bentuk bantuan lainnya. Namun tidak mampu dalam menjaga harga jual petani pasca panen. Memang bisa membuat petani didorong untuk secara berkesinambungan tetap menanam. Tetapi jika harga jual tetap murah di bawah HPP petani, maka petani akan berada pada suatu titik jenuh bercocok tanam.
Jadi untuk mengatasi masalah tersebut, akar masalah deflasi harus bisa dituntaskan. Kalau deflasi lebih dikarenakan oleh melemahnya daya beli, maka deflasi bisa diatasi dengan menambah lapangan pekerjaan. Atau jika deflasi juga diakibatkan oleh banjirnya barang-barang impor, maka instrumen kebijakan untuk menekan impor tersebut dibutuhkan.
Sektor pertanian akan menjadi sektor yang tertekan seandainya deflasi terus berlanjut, dan daya beli masyarakat tidak juga mengalami pemulihan. Sub sektor tanaman pangan yang diproyeksikan akan tetap stabil. Meskipun sub sektor lainnya berpeluang melambat pertumbuhannya. Dengan banyaknya pengaruh buruk dari Negara lain seperti tensi geopolitik yang memanas, melambatnya pertumbuhan ekonomi Negara maju, faktor iklim, hingga kebjakan restriktif Negara eksportir yang menekan PDB di tanah air.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB bisa menyusut. Perlu kajian sejauh mana dampak deflasi terhadap penyusutan kinerja sektor pertanian nantinya. Kita perlu belajar dari inflasi rendah tahun 2020 (1.68%) serta 1.87% di tahun 2021, yang menggambarkan geliat ekonomi memburuk karena pandemi. Dan saat ini inflasi YOY dan YTD di September sebesar 1.84% dan 0.74%. Kita berpeluang mencetak inflasi sama dengan tahun 2020/2021, meskipun saat ini PDB kita 5.05% YOY di kuartal kedua 2024.
Demikian menurut analisis Pengamat Ekonomi Kota Medan Benjamin Gunawan. (sdf/mk)