Medankinian.com, Medan-Negara anggota WTO secara umum menyambut baik kinerja ekonomi Indonesia selama masa review, yakni dari 2014 sampai dengan pertengahan 2020. Rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen, kinerja perdagangan luar negeri yang membaik, penurunan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Perbaikan sebagian besar elemen kemudahan melakukan bisnis (ease of doing business), serta peranan Indonesia yang semakin menonjol dalam forum- forum perdagangan bilateral, regional dan internasional merupakan hal-hal yang banyak diapresiasi oleh negara anggota WTO.
Penyelesaian perundingan RCEP baru-baru ini juga dipandang banyak negara WTO sebagai pencapaian milestone yang diraih Indonesia dalam kancah perdagangan dunia.
“Pencapaian RCEP menjadi perhatian khusus negara-negara anggota WTO karena Indonesia berhasil menuntaskan perundingan unilateral ini di tengah arus perubahan perdagangan dunia, yang antara lain ditandai oleh ‘disrupsi’ dari industri 4.0, digitalisasi ekonomi, perang dagang, aksi unilateralisime, serta meningkatnya hambatan-hambatan perdagangan antarnegara, yang memuncak dengan merebaknya pandemi Covid-19,” jelas Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, Sabtu (19/12/2020.
Selain mendapatkan apresiasi, sejumlah kecil negara juga menyampaikan keprihatinannya terhadap beberapa kebijakan maupun praktik yang ditempuh Indonesia, seperti Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang dianggap sebagai kebijakan import quantitative restrictions, penerapan pre-shipment inspections, kurangnya transparansi dalam perizinan impor sejumlah produk, minimnya informasi mengenai ketentuan halal, pembatasan ekspor, Daftar Negatif Investasi, meningkatnya penggunaan instrumen trade remedy khususnya safeguard, dan secara umum kurangnya penerapan Good Regulatory Practices (GRPs).
Indonesia menjelaskan bahwa beberapa kebijakan yang ditempuh merupakan pengejawantahan dari aspirasi Indonesia untuk ‘menaiki’ rantai nilai global (Global Value Chains/GVCs) agar Indonesia tidak tinggal diam pada anak tangga terbawah dengan hanya mengekspor produk-produk primer atau bahan baku saja.
“Kami jelaskan bahwa menaiki anak tangga GVCs merupakan keinginan Indonesia dan negara berkembang lainnya untuk dapat lebih menyejahterakan rakyatnya. Indonesia akan menghargai masukan dari negara anggota WTO lainnya apabila ada rute lain yang dapat ditempuh untuk mewujudkan aspirasi ini sejalan dengan hak dan kewajiban Indonesia di WTO,” imbuh Jerry.
(MK/sdf)