Rotasi Bumi Diprediksi Akan Semakin Cepat pada Juli dan Agustus 2025

Medankinian.com, Jakarta- Dunia astronomi dan geofisika akan mengalami fenomena langka pada pertengahan tahun 2025.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa rotasi Bumi akan mengalami percepatan singkat selama bulan Juli dan Agustus 2025, sehingga hari-hari pada periode itu akan berlangsung sedikit lebih pendek dari biasanya.

Meskipun percepatan ini hanya menyusutkan durasi hari dalam skala sepersekian milidetik, fenomena ini cukup mencuri perhatian komunitas ilmiah global.

Alasannya, hal ini bertolak belakang dengan kecenderungan umum Bumi yang justru melambat dalam rotasinya selama beberapa dekade terakhir.

Pertanyaan utama yang muncul dari fenomena ini adalah: Apa penyebab rotasi Bumi menjadi lebih cepat? Hingga saat ini, jawaban pastinya masih menjadi teka-teki.

Menurut laporan dari Time and Date, para peneliti geofisika belum bisa memastikan faktor utama di balik anomali ini.

“Tak ada yang memprediksi percepatan ini,” kata Leonid Zotov, ahli rotasi planet dari Universitas Negeri Moskow.

Beberapa kemungkinan yang sedang dikaji para ilmuwan meliputi:

– Perubahan dinamika inti dalam Bumi, yang memengaruhi momentum planet secara keseluruhan

– Interaksi gravitasi antara Bumi, Bulan, dan Matahari

– Perubahan distribusi massa di permukaan planet, misalnya akibat mencairnya es kutub atau pergeseran atmosfer

Dengan banyaknya faktor kompleks tersebut, wajar jika fenomena rotasi Bumi 2025 ini masih menimbulkan tanda tanya besar di kalangan ilmuwan.

Data dari jam atom menunjukkan bahwa hari terpendek yang tercatat sejauh ini terjadi pada 5 Juli 2024, dengan durasi lebih pendek sekitar -1,66 milidetik dari standar waktu harian (86.400 detik).

Pada tahun 2025, para ilmuwan memperkirakan bahwa hari-hari paling singkat kemungkinan akan jatuh pada 9 Juli, 22 Juli, dan 5 Agustus.

Menariknya, ketiga tanggal ini bertepatan dengan momen ketika Bulan berada pada posisi terjauh dari ekuator Bumi, sebuah kondisi yang mungkin turut memengaruhi dinamika rotasi planet.

Dalam kehidupan sehari-hari, perubahan durasi hari sebesar satu milidetik tentu tidak dapat dirasakan secara langsung oleh manusia.

Namun, konsekuensinya justru terasa nyata pada sistem-sistem yang membutuhkan akurasi waktu tinggi, seperti:

– Navigasi berbasis satelit (GPS)

– Komunikasi global dan sinyal telekomunikasi

– Jaringan keuangan internasional yang sinkron terhadap waktu global

Perubahan rotasi sekecil apa pun berpotensi menciptakan ketidaksesuaian data atau ketidakakuratan dalam sistem tersebut.

Oleh karena itu, lembaga seperti International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) terus memantau perubahan ini dengan sangat presisi.

Fenomena percepatan rotasi Bumi membuka diskusi baru tentang bagaimana planet kita berinteraksi dengan kekuatan eksternal dan internalnya.

Jika tren ini terus berlanjut, bisa jadi di masa depan dunia harus menyesuaikan sistem waktu secara global, bahkan mungkin mempertimbangkan penambahan atau pengurangan detik kabisat negatif, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Selain itu, rotasi Bumi yang berubah bisa mengubah perhitungan dalam ilmu klimatologi, geodesi, dan pemetaan satelit.

Meski skalanya kecil, namun akumulasi dari perubahan ini dalam jangka panjang bisa memicu revisi besar dalam sistem pengukuran ilmiah dan teknologi navigasi dunia. (MK/sdf)