Tekanan Dinamika Global Meningkat, Sektor Keuangan Tetap Stabil
Medankinian.com, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga meskipun dinamika global menunjukkan peningkatan signifikan, terutama dipicu oleh tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Penilaian tersebut disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK yang dilaksanakan pada 30 April 2025. Rapat ini mencermati bahwa ketegangan perdagangan internasional akibat rencana penerapan tarif impor resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump telah mendorong volatilitas tinggi di pasar keuangan global. Meski penundaan selama 90 hari telah diumumkan, ketidakpastian tetap membayangi.
Lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO telah merevisi turun proyeksi ekonomi global. IMF memangkas proyeksi pertumbuhan global tahun 2025 menjadi 2,8 persen, jauh di bawah rerata historis sebesar 3,7 persen. Sementara itu, WTO memperkirakan volume perdagangan barang global akan terkontraksi 0,2 persen secara tahunan.
Di dalam negeri, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,87 persen pada triwulan I 2025, ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Inflasi tetap terkendali pada 1,95 persen (yoy), dan inflasi inti sebesar 2,50 persen, menandakan permintaan domestik yang cukup stabil.
Meski tekanan eksternal meningkat, pasar saham Indonesia menunjukkan penguatan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 3,93 persen secara bulanan (mtd) pada April 2025 ke level 6.766,8. Kapitalisasi pasar juga naik menjadi Rp11.705 triliun. Namun, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih senilai Rp20,79 triliun.
Sektor-sektor seperti basic material dan healthcare mencatat kinerja tertinggi, sedangkan sektor teknologi mengalami pelemahan. Aktivitas transaksi harian meningkat menjadi rata-rata Rp12,47 triliun.
Di pasar obligasi, indeks ICBI naik 1,61 persen dengan yield SBN rata-rata turun 15,53 basis poin. Investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp7,79 triliun di pasar SBN. Sementara itu, pasar obligasi korporasi mengalami tekanan dengan net sell asing senilai Rp0,01 triliun.
Pada industri reksa dana, nilai NAB tercatat Rp502,10 triliun, meningkat 1,66 persen mtd. Namun, terjadi net redemption sebesar Rp6,24 triliun. Di sisi lain, penggalangan dana melalui pasar modal masih positif dengan total penawaran umum mencapai Rp56,06 triliun dari 6 emiten baru, dan pipeline senilai Rp70,54 triliun.
Sementara itu, penggalangan dana melalui Securities Crowdfunding mencapai Rp1,53 triliun dari 510 penerbit. Volume transaksi derivatif keuangan juga tinggi dengan nilai akumulasi mencapai Rp1.050 triliun.
Untuk bursa karbon, sejak diluncurkan pada September 2023 hingga April 2025, tercatat 112 pengguna jasa dengan total volume perdagangan sebesar 1,59 juta tCO2e senilai Rp77,92 miliar.
OJK terus menegakkan kepatuhan pelaku pasar dengan menjatuhkan berbagai sanksi administratif. Pada April 2025, OJK menjatuhkan denda sebesar Rp2,25 miliar kepada satu emiten, serta peringatan kepada beberapa perusahaan lainnya. Sepanjang tahun ini, total denda telah mencapai lebih dari Rp22 miliar, termasuk pencabutan izin terhadap pelaku usaha dan individu yang melanggar.
Di sektor perbankan, kredit tumbuh 9,16 persen yoy pada Maret 2025 menjadi Rp7.908,42 triliun. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada kredit investasi sebesar 13,36 persen, diikuti kredit konsumsi 9,32 persen. Kredit UMKM masih tumbuh 1,95 persen dengan pertumbuhan terbesar pada usaha kecil sebesar 8,65 persen.
Dengan profil risiko yang tetap terjaga dan pertumbuhan kredit yang positif, sektor jasa keuangan Indonesia dinilai tetap resilien dan stabil meskipun tantangan global terus meningkat. (ril/mk)