Medankinian.com, Medan– Birokrasi sudah seharusnya cepat bertransformasi. Bila Imigrasi didominasi pegawai yang hanya bisa kerja, tak akan mampu menggenjot kualitas pelayanan publik.
Birokrasi butuh SDM yang bisa memberikan dampak. Imigrasi butuh problem solver.
Birokrasi konvensional akan mati pelan-pelan. Pola-pola lama yang tak siap beradaptasi. Kebiasaan-kebiasaan lama yang sekedar bisa menunggu. Ingat! Ini bukan lagi era AI (Artificial Intelligent) segera datang. Tapi kita sudah masuk di era AI cepat sekali berubah.
Birokrasi butuh SDM yang bisa tawarkan solusi tercepat dan efisien. Jelas, imigrasi tak cukup memiliki pegawai pintar apalagi sekedar bisa kerja.
Karena pintar dan sekedar bisa kerja sudah digantikan oleh mesin.
Sadar tak sadar. Coba lihat, fakta perubahan cepat sudah berani kita jalankan. Imigrasi sudah punya autogate.
Kecepatan autogate sebagai bukti, kita sudah di era yang tak lagi bisa menunggu. Booth-booth manual pemeriksaan keimigrasian, siap tidak siap faktanya sudah banyak drastis harus dihilangkan.
Tapi Imigrasi bukan hanya autogate. Kejahatan transnasional, modus-modus baru terorisme hingga solusi cepat penanganan pengungsi luar negeri.
Penyelundupan manusia dan perdagangan orang, sudah terlalu banyak memakan korban nyawa melayang. Imigrasi butuh kemandirian sistem keimigrasian. Karena kebergantungan adalah bom waktu.
Imigrasi butuh skill pelayanan publik yang cepat, ramah minim keluhan. Visa untuk menggenjot investasi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Paspor lemah butuh daya tawar kuat, berwibawa di tengah persaingan sengit negara-negara di dunia.
Hal ihwal keimigrasian itu butuh mental kuat dan kemampuan cepat menawarkan solusi. Karena hanya itu yang tak bisa digantikan oleh mesin. Hanya itu yang tak bisa diduplikasi AI. Imigrasi butuh problem solver.
(MK/sdf)