Menu

Mode Gelap

Ekonomi Bisnis · 6 Feb 2024 16:07 WIB

Harga Jagung Naik Picu Kenaikan Harga Pakan, KPPU Dalami Lagi Pasar Yang Membentuk Oligopoli


					Harga Jagung Naik Picu Kenaikan Harga Pakan, KPPU Dalami Lagi Pasar Yang Membentuk Oligopoli Perbesar

Medankinian.com, Medan -Harga jagung mengalami kenaikan yang cukup tajam belakangan ini. Harga jagung terpantau mulai mengalami kenaikan dari bulan oktober tahun 2023. Dimana kala itu, harga jagung masih dikisaran 6 ribu per Kg. Namun, saat ini harga jagung pipil sudah mencapai 7.700 per Kg nya. Sementara, jagung giling sudah mencapai 8 ribu per Kg.

Harga jagung tersbeut adalah harga dimana peternak membeli pakan (jagung). Kenaikan harga jagung tersbeut memang berpotensi membuat peternak daging ayam maupun peternak telur ayam mengalami kerugian. Terlebih untuk peternak daging ayam mandiri, karena kenaikan biaya input produksi tidak lantas membuat harga daging ayam dipasaran juga ikut naik.

Dalam 4 bulan belakangan harga daging ayam sempat ditransaksikan dalam rentang 23 hingga 32 ribu per Kg. Saat ini harga daging ayam berada dikisaran 30 hingga 32 ribu per Kg mengacu kepada PIHPS di kota medan. Padahal disaat harga jagung masih dikisaran 6 ribuan saja, harga kontrak dikandang berkisar 21 ribu per Kg nya. Dengan harga segitu, maka harga keekonomian di pedagang pengecer sekitar 31 hingga 33 ribu per Kg nya.

Sayangnya harga jagung yang naik belakangan ini, tidak lantas mendorong kenaikan harga daging ayam maupun telur ayam. Dan dari pantauan di pasar, dalam dua bulan terkahir saja terjadi kenaikan harga pakan ternak sebanyak 500 rupiah per Kg nya. Tetapi harga daging ayam mentok di angka 32 ribu. Memang kita mengkuatirkan gimana nasib peternak mandiri nantinya.

Karena mereka yang paling terdampak dengan kenaikan biaya input produksi tersebut. Sementara menaikkan harga justru bisa membuat konsumen beralih ke sumber pangan subtitusi seperti telur, tahu/tempe atau ikan segar. Konsumen sangat sensitif dengan kenaikan harga belakangan ini. Dan dari beberapa kali menghitung ekspektasi produksi, penurunan produksi juga tidak lantas memicu kenaikan harga di level konsumen.

Jadi memang pasar daging ayam berpeluang membentuk struktur pasar oligopoli seperti yang disampaikan KPPU (komisi pengawas persaingan usaha) Sumut. Tetapi mekanisme pasar yang membuatnya menjadi seperti itu. Perusahaan daging ayam terintegrasi memang berpeluang bertahan di tengah tekanan kenaikan biaya input produksi, dibandingkan dengan peternak mandiri.

Tetapi jika nanti banyak peternak mandiri yang merugi atau bahkan gulung tikar karena kenaikan harga jagung. Dan menyisahkan peternak besar (perusahaan) terintegrasi, maka itu bukan salah mereka (perusahaan). Mekanisme pasar yang membuat struktur pasarnya menjadi oligopoli. Saya harap KPPU bisa mendalami lagi dinamika pasar yang berkembang belakangan ini. Karena daya beli yang melemah membuat mekanisme pasar menseleksi produsen efisien yang mampu bertahan.

Demikian menurut analisis Pengamat Ekonomi Kota Medan Benjamin Guanawan. (sdf/mk)

Artikel ini telah dibaca 68 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

Tensi Politik AS Memanas, Picu Pelemahan Rupiah Dan IHSG

23 Oktober 2024 - 19:37 WIB

Putusan KPPU Terkait Penetapan Harga Pada Penyediaan Jasa Depo Peti Kemas di Pelabuhan Panjang Lampung Berkekuatan Hukum Tetap

21 Oktober 2024 - 20:28 WIB

Swasembada Pangan Harus Libatkan Banyak Petani

21 Oktober 2024 - 10:27 WIB

Pasca Pengumuman Kabinet, IHSG Dan Rupiah Bergerak Mendatar

21 Oktober 2024 - 09:32 WIB

Jelang Keputusan BI Rate, Rupiah Dan IHSG Beda Arah

15 Oktober 2024 - 17:21 WIB

Tersengat Sentimen Negatif Eksternal, IHSG Ditutup Melemah

9 Oktober 2024 - 16:04 WIB

Trending di Ekonomi Bisnis