Medankinian.com, Medan – Ada banyak data ekonomi penting yang akan dirilis selama sepekan kedepan. Namun, testimoni yang disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, di akhir pekan sebelumnya sempat memicu terjadinya tekanan di pasar keuagan. Karena Bank Sentral AS masih memberikan sinyal kenaikan bunga acuan di masa yang akan datang.
Disisi lainnya, sepekan kedepan kita akan disuguhkan ragam data ekonomi penting. Dan yang paling utama adalah rilis pertumbuhan ekonomi AS dan India di kuartal kedua. Serta rilis laju tekanan inflasi di tanah air untuk bulan agustus. Data pertumbuhan ekonomi AS dan India diproyeksikan membaik nantinya. Ekonomi AS dikuartal kedua diprediksi membaik di kisaran level 2.4% YoY, dan ekonomi India diproyeksikan mampu tumbuh diatas 7.5% secara YoY di kuartal kedua.
Data pertumbuhan ekonomi yang membaik tersebut akan menjadi kabar baik bagi pasar keuangan khususnya pasar saham. IHSG berpeluang membaik selama perdagangan sepekan kedepan. Walau demikian kinerjanya masih kesulitan untuk menjauh dari posisi penutupan akhir pekan sebelumnya. IHSG berpeluang bergerak di kisaran 6.850 hingga 6.970.
Untuk kinerja mata uang rupiah, bayang bayang kenaikan bunga acuan The Fed masih akan tetap menghantui pasar. Rupiah diproyeksikan menguat selama sepekan kedepan dalam rentang 15.150 hingga 15.250 per US Dolar. Yang perlu diwaspadai selama sepekan kedepanadalah rilis data inflasi di AS. Sejauh ini inflasi inti di AS diproyeksikan naik. Yang bisa mendorong penguatan mata uang US Dolar dan pelemahan harga emas dunia.
Akan tetapi, selain peforma data ekonomi yang lebih mendukung pemguatan pasar keuangan selama sepekan kedepan. Pelaku pasar perlu mewaspadai perkembangan ekonomi china yang terpuruk belakangan ini. Sektor property China sangat berpeuang menekan kinerja ekonomi global, terlebih perusahaan property raksasa china mengalami kebangkrutan.
Disisi lain, harga emas juga berpeluang menguat dalam rentang $1.900 hingga $1.930 per US Dolar. Harga emas diperkirakan masih akan bergerak dalam rentang yang terbatas. Seiring dengan kekuatiran pasar akan kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS.
Demikian menurut analisis Pengamat Ekonomi Kota Medan Benjamin Gunawan(sdf/mk)