Medankinian.com, Medan – IHSG di akhir pekan ditutup melemah 0.66% di level 6.852,84. Sementara itu, sejumlah bursa di asia bergerak variatif namun banyak yang mampu ditutup di zona hijau. Penurunan IHSG tidak terlepas dari buruknya sentiment eksternal, seiring dengan langkah Fitch Rating yang menurunkan rating AS menjadi AA+ dari triple A sebelumnya. Kebijakan tersbeut membuat kejutan baru di pasar keuangan. Ditambah lagi indeks sektor jasa atau ISM Services PMI di AS turun di bulan juli menjadi 52.7 dari posisi sebelumnya 53.9.
Dan di akhir pekan ini, pelaku pasar menanti rilis data ketenagakerjaan mapun tingkat pengangguran AS. Dimana untuk penyerapan tenaga kerja diluar sektor pertanian berpeluang mengalami penurunan tipis, meskipun dari sisi tingkat pengangguran masih akan stabil. Namun kejutan bisa saja terjadi dan sangat mempengaruhi kinerja IHSG di awal pekan mendatang.
Sedikit berbeda dengan IHSG, mata uang rupiah mampu bergerak menguat diakhir pekan. Setelah sempat tertekan hingga di atas 15.200 per US Dolar, pada akhir pekan ini kinerja mata uang rupiah mengalami penguatan dikisaran 15.165 per US Dolar. Rupiah mampu melawan tekanan US Dolar, meskipun yield obligasi tenor 30 tahun di AS mengalami peningkatan.
Pada dasarnya kinerja mata uang rupiah masih belum aman dari tekanan mengingat US Dolar masih memiliki ruang untuk menguat. Terlebih jika ekspektasi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS masih berlanjut. Dan kuatnya data ketenaga kerjaan AS belakangan ini, masih menjadi ancaman bagi kinerja sejumlah mata uang di Asia tanpa terkecuali rupiah.
Sementara itu, harga emas dunia kembali melemah pada perdagangan akhir pekan ini. Harga emas turun dikisaran level $1.932 per ons troy. Yang kalau dirupiahkan berarti dijual dikisaran harga 945 ribu per gramnya. Emas masih dibayangi data-data yang memungkinkan bagi kenaikan bunga acuan Bank sentral AS dalam jangka pendek.
Harga emas sementara waktu kehilangan momentum penguatannya sekalipun pada dasarnya ditopang oleh faktor fundamental yang kuat. Emas memiliki prosfek untuk menguat dalam jangka panjang, meskipun cenderung tertekan dalam jangka pendek.
Demikian menurut analisis Pengamat Ekonomi Kota Medan Benjamin Gunawan. (sdf/mk)