Medankinian.com, Sumatera Utara – Perkembangan ekspor Sumut secara bulanan atau month on month dari bulan Mei Ke Juni memang mengalami kenaikan sebesar 7.53%. Akan tetapi, jika ditarik data selama semesteran (Januari – Juni), maka kinerja ekspor Sumut mengalami penurunan. Dimana ekspor Sumut anjlok sebesar 18.54% jika dihitung berdasarkan nilai FOB dalam satuan mata uang US Dolar.
Berbeda halnya dengan kinerja ekspor jika dihitung dari sisi satuan berat. Pada dasarnya dari sisi kuantitas terjadi peningkatan. Dari kisaran 3.4 juta ton pada semester I 2022, menjadi sekitar 4.9 juta ton pada semester 1 2023, atau naik sekitar 24%. Jadi memang ada yang timpang disini, dimana Sumut menjual lebih banyak barang di semester I tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun pendapatan nilai ekspornya justru lebih kecil. Artinya Sumut menjual lebih banyak barang, namun omsetnya justru mengalami penurunan. Hal ini mencerminkan bahwa harga barang ekspor Sumut mengalami penurunan. Dan salah satu yang paling mudah menggambarkan penurunan omset penjualan tersebut adalah, turunnya harga CPO atau sawit di tingkat petani.
Harga CPO sempat menyentuh 7.100 ringgit per ton di semester I tahun lalu. Namun, bandingkan dengan harga di semester I tahun ini yang sempat terpuruk hingga ke 3.200 ringgit per tonnya. Penurunan harga CPO tersebut yang membuat penurunan harga TBS di tingkat petani, dan menjadi akar masalah penurunan daya beli petani khususnya petani di sub sektor perkebunan.
Akan tetapi, penurunan kinerja ekspor Sumut tersebut belum terganggu dari sisi produksi. Artinya secara rill ekspor Sumut masih menopang laju pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Meskipun kontribusi sektor pertaniannya tengah mengalami tekanan. Dan ekspor Sumut yang membaik dari sisi berat atau kuantitas, juga dipicu oleh memburuknya pasokan substitusi CPO seperti kedelai di pasar global akibat perang Rusia – Ukraina.
Akan tetapi tantangan ekspor Sumut kedepan akan terganjal oleh banyak hal. Pertama perlambatan ekonomi China dan India, ancaman resesi ekonomi di AS hingga pemberlakukan larangan eskpor komoditas Sumut ke eropa (EURDR). Dan dominasi CPO dalam struktur ekspor Sumut sangat dominan. Dominasi CPO ini bisa merugikan Sumut jika segala bentuk tekanan itu terus berdatangan.
“Pemerintah harus mencari pengganti alternative ekspor Sumut yang berpotensi hilang. Seperti mencari pangsa pasar baru atau menambah konsumsi CPO di tanah air untuk kebutuhan bio diesel. Kita harus melakukan diversifikasi ekspor atau penjualan. Jangan sampai kita terlambat dan menyesal, mengingat situasi geopolitik yang tidak menentu bisa memperburuk ekspor Sumut kedepan.” Demikian menurut analisis Pengamat Ekonomi Kota Medan Benjamin Gunawan.
(sdf/mk)