Medankinia.com, Medan – Mengantisipasi warga yang kerap membuang sampah di Sungai Sei Putih sehingga menyebabkan terganggunya kelancaran aliran air, Kecamatan Medan Petisah akan memasang sejumlah Closed Circuit Television (CCTV) di sejumlah titik. Pasalnya, sudah berulang kali dibersihkan namun masih ada saja warga yang membuang sampahnya ke sungai tersebut.
“Pemasangan CCTV ini kita lakukan untuk mencegah warga yang ngeyel dan tidak bisa diberitahu agar tidak membuang sampah ke sungai. Pemasangan CCTV itu nantinya akan menggunakan dana kelurahan,” kata Camat Medan Petisah Budi Ansyari Lubis saat gotong royong massal membersihkan Sungai Sei Putih, Rabu (22/2).
Mengenai jumlah CCTV yang akan dipasang, Budi belum dapat menjelaskannya. “Kita akan melihat Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Sebab, Sungai ini melintasi dua kelurahan kita yakni Kelurahan Sei Putih Tengah dan Sei Putih Timur II. Kalau anggaran di DPA besar, CCTV bisa banyak kita pasang,” jelasnya.
Dikatakan Budi, kualitas CCTV yang akan dipasang nantinya harus baik sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi wajah warga yang kerap membuang sampah ke dalam sungai. “Sering didapati mobil pick-up dan becak barang membuang sampah ke sungai tengah malam maupun jelang subuh,” ungkapnya.
Ketika disinggung apakah tidak khawatir CCTV yang akan dipasang nanti hilang, Budi mengaku telah mempersiapkan antisipasi. Selain menempatkan CCTV di lokasi tersembunyi dan tinggi, keberadaan CCTV juga akan terus dipantau petugas jaga malam di kawasan tersebut. “Kemungkinan di Triwulan II CCTV sudah dipasang. Jika tidak di akhir bulan Maret, kemungkinan di awal April sudah terpasang,” ungkapnya optimis.
Menurut Budi, jajaran Kecamatan Medan Petisah selama ini rutin membersihkan Sungai Sei Putih yang selalu dipenuhi sampah sebagai bentuk edukasi agar masyarakat tidak lagi membuang sampah ke sungai. Guna memaksimalkan pembersihan sungai yang dilakukan, jelasnya, berkolaborasi dengan Dinas Sumber Daya Air Bina Marga dan Bina Konstruksi Kota Medan untuk menghadirkan alat-alat berat.
“Pernah saat melakukan pembersihan sungai, ada 102 kali truk berseliweran untuk mengangkat lumpur dan sampah yang dikeruk dari dasar sungai. Namun setelah pembersihan dilakukan, masih ada juga warga yang membuang sampah sehingga sungai kembali dipenuhi sampah,” paparnya.
Selain itu, ungkap Budi lagi, mereka juga pernah memasang jaring namun ketahanan tidak kuat. Di saat terjadi banjir, terangnya, jaring terseret arus. “Kita juga pernah menyurati Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II untuk melakukan normalisasi, tapi hanya membersihkan pinggiran sungai saja. Padahal yang dibutuhkan untuk mengeruk dasar sungai yang dipenuhi sedimen dan sampah. Kalau itu dilakukan, tentunya alhamdulillah kali,” pungkasnya. (sdf/mk)