Medankinian.com, Medan – Suara teriak dukungan kerap menggema mengisi lapangan indoor kala smes-an tajam dilancarkannya.
Tak jarang juga suara terompet dan nyanyian dukungan saling bersahutan menemani perjuangannya di atas lapangan. Suara-suara itu seakan masih terus menggema dan mengiang di kedua telinganya. Tapi itu dulu. Saat era keemasan masih digenggamnya. Dan kini, sisa gemuruh itu menyisakan kenangan.
Ya, sepenggal cerita yang coba dikenang kembali oleh Afni Fadillah. Si pebulutangkis andalan Sumatera Utara. Turun di kelas spesialis ganda, Afni Fadillah telah menorehkan tinta emas di dunia bulutangkis Sumatera Utara dan juga Indonesia.
‘Sejuta’ prestasi telah ditorehkan sejak usianya memasuki 11 tahun. Tak hanya tingkat lokal, namun juga nasional hingga internasional. Dan kini, prestasi itu belum pudar, mengingat dirinya masih aktif di dunia bulutangkis sebagai pelatih di PB Indocafe dan tengah berjuang menghantarkan anak asuhnya menjuarai salah satu even bergengsi, yakni Kejuaraan Kota (Kejurkot) PBSI Medan.
Penasaran dengan prestasi apa saja yang telah ditorehkannya? dan bagaimana Afni bisa mengenal, bahkan jatuh cinta dengan dunia bulutangkis?
Afni Abdillah membuka kisahnya kepada awak media saat ditemui, Senin, 7 November 2022 kemarin. Afni sapaan akrabnya itu mengaku telah mencintai dunia bulutangkis saat dirinya duduk di bangku kelas IV sekolah dasar. Kala itu, Afni tengah mengikuti ekstrakulikuler olahraga bulutangkis di sekolah. Kebetulan juga saat itu gurunya Herman melihat cara bermainnya yang sedikit berbeda dari teman usianya.
“Pak Herman lalu mengajak saya sparing. Saat itulah dia merasa saya memiliki bakat dan menyarankan saya latihan di PB Pertiwi, klub tempat saya bersekolah (SD Pertiwi),” ujar Afni.
Selanjutnya ada pertandingan persahabatan dengan sekolah lain. Afni pun diajak serta untuk bertanding. Awalnya Afni menolak karena kurang percaya diri. Namun, setelah ada desakan dari orang tua saat itu, akhirnya Afni menurut dan berhasil memenangkan laga.
“Mulailah saya konsen untuk latihan di PB Pertiwi. Dan kejuaraan pertama yang diikuti adalah Tetrapex pada 2006, namun belum berhasil meraih gelar,” kenang wanita kelahiran 1995 silam itu.
Edisi berikutnya, tepat setelah 5 bulan berlatih, Afni berkesempatan mengikuti Kejurda PBSI Medan. Bermain di kelompok kelas anak-anak putri, Buah hati dari pasangan Almarhum H. Edo Ardi dan Almarhumah Hj. Yusnita itu berhasil meraih juara II.
Kemenangan itu jugalah yang memecut semangatnya untuk memilih jalan hidupnya sebagai atlet bulutangkis. Pilihannya pun tak salah. Afni yang didukung penuh oleh kedua almarhum orang tuanya kala itu atau tepat 2006 dilamar untuk latihan di PB Indocafe.
Tanpa pikir panjang, anak semata wayang itu pun langsung menerima lamaran yang datang. Belum genap setahun, tepat 2007, Afni kembali menapakkan langkah ke jenjang yang lebih tinggi, dengan mengikuti seleksi di PB Ragunan Jakarta. Usahanya tak sia-sia. Afni lulus bersama dua peserta lain yang mengikuti seleksi dari seluruh Indonesia.
Berlatih sembari mengenyam pendidikan di Ragunan yang notabene berada di bawah Kementrian Pendidikan dan Olahraga, Afni mulai melalui hari-harinya di Jakarta. Tiga tahun berlatih, pada 2010 Afni memulai turnamen nasionalnya dengan mengikuti Kejuaraan Nasional.
“Sayang awal kejuaraan nasional belum berhasil membawa medali,” kenang Afni.
Masih di tahun yang sama Afni kembali mengikuti kejuaraan Sirnas Balikpapan. Turun di ganda putri, Afni berhasil menyabet juara III kala itu. Torehan skala nasional terus diraih yakni AUFA Open (Juara I, ganda putri), juara I ganda putri di ajang Sirnas Pekanbaru, Juara III ganda taruna putri Sirnas di Medan, dan banyak lainnya yang tak dapat lagi dicerna dalam ingatan memorinya.
Kemampuan Afni pun terus terasah dan berhasil meraih sejumlah prestasi di ajang internasional. Yakni pada 2010, Afni merebut Juara III beregu putri di ajang Asean School Game, Singapura. Selanjutnya 2012, Afni kembali meraih Juara III Singapore Youth Under 17.
“Lalu 2012, Juara II Singapore Youth under 19. Serta Asean School Indonesia, Juara III beregu dan juara III ganda putri,” ucap Afni lagi.
Tak sampai di situ, Afni dkk juga menyabet Juara I beregu putri di ajang Asian School Games. Dan tahun berikutnya atau 2013, Afni menyabet juara III beregu putri di ajang Asean School Games.
Berakhir menjalani program pendidikan di Ragunan selama enam tahun sambung Afni, dirinya memilih kembali ke Medan dan bergabung bersama PB Indocafe, salah satu klub yang ikut membesarkan namanya itu.
Belum genap setahun di PB Indocafe, Afni lalu memilih bergabung bersama PB Jaya Raya Surya Naga demi mengejar mimpinya mengikuti Seleksi Nasional (Seleknas) pada 2014.
Namun sebuah kenyataan pahit harus diterima. Saat konsen mengikuti Seleknas, kabar duka menyelimuti dirinya. Sang ibu yang menjadi tempat limpahan curahan hatinya selama ini berpulang ke sisi Nya. Hanya air mata yang bisa mewakili kesedihannya kala itu.
Seleknas pun gagal dilanjutkan dan Afni kala itu masih kembali berlatih bersama Surya Naga. Namun, 2015 saat semangat mulai memudar, Afni memilih kembali ke kediamannya untuk bersatu bersama harta satu-satunya yang tersisa, sang ayah tercinta.
“Cukup terguncang dan saat itu sempat kehilangan semangat untuk menekuni bulutangkis lagi,” ujar Afni.
Namun sosok ayah kembali menguatkannya. 2016 awal Afni mulai dilibatkan melatih para pemain binaan PB Indocafe. Dan pada tahun yang sama, berkat rekomendasi rekannya, Afni dipercaya melatih salah satu klub bulutangkis di Negeri China.
Enam bulan melatih, Afni kembali lagi ke Medan untuk persiapan PON di Cirebon. Saat itu Afni hanya mampu bertahan hingga babak 8 besar dan harapannya membawa pulang medali kandas. Tiga minggu setelah perhelatan PON, Afni kembali dikejutkan dengan kabar duka yang begitu dalam.
Saat di mana harta satu-satunya yang tertinggal justru ikut meninggalkan Afni untuk selama-lamanya. Ayah yang menjadi pedoman dan pegangan hidupnya telah tiada. Duka itu meruntuhkan semangatnya untuk fokus bermain bulutangkis.
Apalagi sebagai anak tunggal, kesedihan tentu semakin kental terasa mengingat banyak beban yang harus ditanggungnya ke depan. Berjuang sendirian tanpa tiang penonggak membuat konsentrasi Afni sebagai atlet terpecah.
2018 menjadi tahun terakhirnya berpartisipasi sebagai atlet bulutangkis. Setelah sebelumnya sempat mempersembahkan beberapa gelar di Kejurnas 2017 dengan meraih Juara II ganda putri dan Juara III ganda campuran serta ajang Kejurkot dan Kejurprov pada 2018.
Setelah itu, Afni kembali konsen menjadi pelatih di PB Indocafe dan tengah konsen melatih anak asuhnya mengikuti ajang Kejurkot PBSI Medan 2022 yang tengah berlangsung. Bagi satu-satunya wanita yang menjadi pelatih di ajang Kejurkot, ada harapan besar, lahir Afni-Afni baru di Kota Medan dari tangan dinginnya. (sdf/mk)